Featured Post Today
print this page
Latest Post
Tampilkan postingan dengan label News. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label News. Tampilkan semua postingan

Menilik Sejarah Tanaman Bonsai

Seni tanaman bonsai menjadi sebuah aktivitas yang tidak pernah ada matinya semenjak dahulu. Harga tanaman bonsai juga tetap stabil tidak mengenal musiman. Kualitas tanaman bonsai yang berbicara bukan lagi harga yang terkatrol karena permainan. Seni tanaman bonsai memang sejarahnya sudah berlangsung sangat lama. Konon Bonsai Tanaman ini sudah muncul di Cina semenjak lebih dari seribu tahun yang lalu. Tanaman bonsai pada waktu itu dikenal dengan nama pun-sai.

Tanaman Bonsai pada waktu itu  banyak menampilkan  dedaunan jarang dan kasar, batang keriput yang sering tampak seperti binatang, naga dan burung. Ada sejumlah besar mitos dan legenda  di sekitar bonsai Cina. Bentuk  batang bonsai pada waktu itu berbentuk   aneh atau menyerupai hewan, yang sampai kini masih sering dijumpai.B onsai Cina berasal dari lanskap imajinasi dan gambar naga berapi-api dan ular melingkar.

Sampai akhirnya Bonsai dari Cina ini diadopsi oleh orang-orang dari Jepang pada zaman Kamakura (1185 - 1333) dengan cara Zen Buddhisme . Hingga kemudian seni tanaman bonsai  dengan cepat menyebar di seluruh Asia.

Seni Tanaman bonsai di Jepang mengalami perkembangan yang lebih sempurna melewati apa-apa yang belum ada di Cina. Seiring dengan berjalannya waktu, tanaman bonsai tidak hanya menjadi koleksi para biarawan Buddha , tetapi juga menjadi koleksi para bangsawan sebagai simbol prestise dan kehormatan. Seni Bonsai di Jepang merupakan perpaduan dari kepercayaan kuno yang kuat dengan filosofi Timur dari harmoni antara manusia, jiwa dan alam. Saat itu tanaman bonsai menjadi milik ekslusif bagi kaum bangsawan di Jepang.

Hingga akhirnya Pada pertengahan abad ke-19, setelah lebih dari 230 tahun isolasi global, Jepang membuka diri kepada seluruh dunia. Dengan cepat para wisatawan yang mengunjungi Jepang mengabarkan adanya pohon miniatur dalam wadah keramik yang menirukan usia, dewasa, pohon-pohon tinggi di alam. Pameran lanjut di London, Wina dan Paris di bagian akhir abad ini - terutama Pameran Dunia Paris pada tahun 1900 membuka mata dunia untuk bonsai.

Di Jepang Bonsai saat ini cenderung fokus pada menggunakan spesies asli seperti pinus, azalea dan maple  meskipun ini dianggap sebagai tanaman bonsai tradisional. 

Hati-hati! Bunga Lili Berbahaya untuk Kucing

Bunga lili yang indah mungkin membuat Anda senang melihatnya. Tapi kucing kesayangan Anda tidak berpendapat sama. Bahkan menggigit sebagian kecil daun atau menjilat putiknya bisa membuat si meong kena gangguan ginjal akut. Begitulah menurut US Food and Drug Administration.
Dilansir dari laman Ithaca Journal, Jumat (10/4/2015), gejala pertama yang ditunjukkan seekor kucing yang sudah memakan sebagian lili adalah muntah-muntah yang berhenti setelah 2-4 jam. Lalu setelah 12-24 jam, kucing Anda akan buang air kecil terus-menerus.
Jika tidak ditangani, si kucing akan mati dalam jangka waktu 4-7 hari setelah makan bunga ini. Jika kucing Anda menunjukkan gejala-gejala tersebut, segera hubungi dokter hewan. Menurut FDA, Varian lili apapun berpotensi bahaya, termasuk Tiger, Asiatic, Day, dan Japanese Show.
Jika Anda memelihara kucing, sebaiknya jangan taruh bunga lili di rumah Anda.

Tradisi Unik: Tanam 111 Pohon Tiap Kali Lahir Bayi Perempuan

Liputan6.com, India - Kebanyakan keluarga dar etnis manapun di dunia mengidamkan lahirnya anak laki-laki di tengah-tengah mereka. Namun, hal tersebut tak terjadi di Desa Piplantri yang terletak di negara bagian India, Rajasthan. Desa Piplantri memiliki tradisi unik untuk merayakan kelahiran anak perempuan. Sejak tahun 2006, warga desa akan menanam 111 pohon tiap kelahiran bayi perempuan.
Tradisi tersebut dimulai oleh seorang mantan kepala desa bernama Shyam Sundar Paliwal ketika dalam prosesi peringatan kematian putrinya, Kiran, yang meninggal beberapa tahun lalu sesuai yang dilansir dari laman OddityCentral, Jumat (10/4/2015).
Panitia khusus dibentuk tidak hanya menangani dalam hal penanaman pohon saja, tetapi juga mengidentifikasi keluarga yang enggan memiliki anak perempuan. Mereka kemudian mengumpulkan dana dan merencanakan kebutuhan finansial anak perempuan tersebut.
Uang sebesar USD $ 336 atau sekitar Rp 4.4 juta dari warga desa dan USD $ 160 atau sekitar Rp 2.1 juta dari ayah sang bayi, lalu menginvestasikan uang dalam obligasi pemerintah sehingga finansial anak perempuan dalam jangka waktu 20 tahun dapat terpenuhi.



BCA Tanam 18.000 Pohon Mangrove di 9 Kota

NERACA Melalui Program Bakti BCA, BCA bekerja sama dengan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia serta pengelola Ekowisata Mangrove Tol Sedyatmo belum lama ini melaksanakan penanaman Mangrove di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Penanaman bibit Mangrove ini dilakukan oleh Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, CEO WWF-Indonesia Efransjah, direksi perusahaan anak BCA, Sekretaris Perusahaan BCA Inge Setiawati, serta sejumlah karyawan BCA serta perusahaan anak BCA (BCA Insurance, BCA Syariah, BCA Sekuritas, BCA Life, dan CS Finance).
“Di usia yang ke-58, BCA memaknainya dengan kesempatan untuk berbagi kepada sesama. Lingkungan hidup dipilih menjadi fokus kegiatan ulang tahun dan CSR BCA pada tahun ini karena Bumi yang kita tinggali merupakan titipan untuk diwariskan kepada anak-cucu. Penting bagi kita untuk bertanggung jawab dan bersama-sama merawat lingkungan. Oleh karena itu, hari ini BCA bersama WWF-Indonesia menanam total 18.000 bibit pohon Mangrove di sembilan kota yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan, ” tutur Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja
Sebanyak 18.000 bibit pohon Mangrove akan ditanam serentak di 9 lokasi kawasan Mangrove, di antaranya Lamujung (Aceh Besar), Tanggamus (Lampung), Muara Gembong (Jawa Barat), Blanakan Subang (Jawa Barat), Muara Kali Opak (Jogjakarta), Teluk Lamong (Surabaya), Wringin Putih (Banyuwangi), Sumberkima (Bali), dan Bengkayang (Kalimantan Barat). “Diharapkan upaya ini akan memberikan dampak positif bagi kelangsungan fungsi ekosistem setempat dan secara sosial ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut,” jelas Jahja.
Penanaman pohon mangrove merupakan bagian dari program NEWtrees yang dicanangkan oleh WWF. Program ini berorientasi pada perbaikan fungsi ekosistem prioritas di tingkat bentang alam. Program NEWtrees juga sejalan dengan upaya yang sedang dilakukan oleh pemerintah dalam mengintegrasikan pembangunan sektoral dengan daya dukung lingkungan. Program NEWtrees turut mendukung dan berkontribusi mewujudkan komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada tahun 2020 melalui perbanyakan penanaman pohon dan reforestasi.
"Dalam penanaman Mangrove, WWF-Indonesia menjadi penyambung antara publik dan korporasi seperti BCA dengan masyarakat di sekitar areal penanaman. Penanaman Mangrove akan dilaksanakan oleh masyarakat karena masyarakat inilah yang akan menerima manfaat langsung dan tidak langsung dari program ini. Masyarakat juga akan diperkaya dengan kegiatan budidaya baik kepiting atau ikan yang menggunakan mangrove sebagai area pemijahan (berkembang biak)," ujar CEO WWF-Indonesia, Efransjah.
Selain melaksanakan penanaman Mangrove serentak di 9 wilayah, BCA telah mengadakan edukasi lingkungan bersama dengan LSM Pecinta Lingkungan dalam acara bertajuk ”BCA Green Stage” di Jakarta. Kepedulian BCA kepada masyarakat Indonesia yang kurang mampu juga dibuktikan melalui penyerahan bantuan alat operasi untuk operasi katarak dan penyelenggaraan operasi katarak gratis di Klinik Medika Lestari Ciledug dan RS. Qadr Tanggerang. Pengobatan gratis juga menjadi salah satu rangkaian kegiatan sosial HUT BCA ke-58. Kepedulian BCA dan para karyawan BCA juga diwujudnyatakan melalui aksi donor darah di Menara BCA Jakarta dan GOR Sumantri Brojonegoro.
“Semuanya kami lakukan untuk membuktikan komitmen kami untuk menjawab kebutuhan nasabah bahkan masyarakat Indonesia,” tutup Jahja.

Potensi Mangrove Belum Tergali Maksimal

Salah satu penyebabnya adalah belum adanya mekanisme pembiayaan karbon guna mengoptimalkan manfaat. Hal ini terungkap dari laporan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dirilis Selasa, 9 Desember 2014.
UNEP memerkirakan, kerugian ekonomi akibat kerusakan hutan mangrove – yang kaya simpanan karbon – mencapai $42 miliar per tahun. Tingkat kerusakan hutan mangrove ini 3–5 kali lipat lebih cepat dibanding jenis hutan lain di darat.
Sebanyak 90% hutan mangrove dunia terletak di negara-negara berkembang dan sebagian besar dari hutan mangrove itu kini terancam kelestariannya. Padahal, hutan mangrove bisa menjadi aset bagi negara berkembang untuk membantu target pengurangan emisi dunia dan mencegah kenaikan suhu bumi di atas 2°C.
Laporan ini menyatakan, para pembuat kebijakan dan pasar keuangan dunia perlu menciptakan mekanisme penghitungan karbon bagi hutan mangrove dan lahan-lahan basah lain yang terletak di wilayah pesisir. Tujuannya adalah sebagai insentif dalam restorasi dan pelestarian hutan mangrove pada masa datang.
Proyek pelestarian hutan mangrove sudah dilaksanakan di berbagai negara termasuk Kenya, Senegal, Bengal Barat, dan Sumatra, Indonesia. Kasus di Afrika Tengah menunjukkan, jika hutan mangrove rusak, negara harus menanggung kerugian untuk membangun dinding pantai (seawalls) buatan pencegah rob dengan biaya US$11.286 per hektar dan biaya untuk membangun infrastruktur di sepanjang pantai guna mencegah erosi sebesar US$7.142 per hektar atau US$151.948 per hektar untuk hutan mangrove di perkotaan.
Redaksi Hijauku.com

Teka-teki Penyebaran Pohon Palem Terpecahkan berkat Uji DNA



KOMPAS.com - Jika biasanya mitos atau legenda di masyarakat bertentangan dengan dunia ilmu pengetahuan, maka lain halnya dengan mitos warga Aborigin mengenai asal-usul pohon palem di kawasan Australia Tengah. 

Uji DNA yang dilakukan peneliti di Tasmania memastikan hasil riset ternyata sama persis dengan legenda yang hidup dikalangan warga Aborigin mengenai bagaimana pohon palem bisa sampai ke Australia Tengah.

Beberapa tahun lalu pakar lingkungan di Tasmania, David Bowman melakukan uji DNA pada bibit pohon palem yang diambil dari hutan di dekat Darwin.
 
Hasil dari uji DNA itu menyimpulkan bibit pohon palem itu dibawa ke gurun di Australia Tengah oleh manusia lebih dari 30,000 tahun yang lalu.
 
Professor Bowman kemudian membaca legenda warga Aborigin yang tercatat tahun 1894 oleh misionaris dan antropolog Jerman pertama yang datang ke Benua Australia, Carl Strehlow, yang baru-baru ini diterjemahkan menggambarkan kalau “Tuhan dari Utara’ membawa bibit itu ke Lembah Palem.
 
Profesor Bowman mengaku terkejut dengan temuan ini.
 
"Legenda tersebut merupakan tradisi dari mulut ke mulut yang sudah disampaikan dari generasi ke generasi lebih dari 7,000 atau bisa jadi 30,000 tahun yang lalu,” katanya.
 
"Ini merupakan kebetulan yang luar biasa kalau bibit pohon palem itu telah dipindahkan dan kemudian  secara substansial kita kemudian menemukan legenda warga Aborigin yang isinya persis sama dengan temuan ilmiah.”
 
“Kesesuaian antara temuan dari studi ilmiah dan mitos kuno ini merupakan contoh mencolok tentang bagaimana pengetahuan ekologi tradisional dapat menginformasikan dan meningkatkan penelitian ilmiah.
 
"Ini menunjukkan bahwa tradisi lisan Aborigin mungkin telah bertahan lebih dari 30.000 tahun, dan ini membuka jalan atas kemungkinan kalau beberapa mitos warga Aborigin lainnya terutama mengenai hewan-hewan raksasa kemungkinan  merupakan catatan otentik mengenai megafauna yang sudah punah."
 
Hasil penelitian init telah dipublikasikan di majalah Nature.


Editor: Yunanto Wiji Utomo
SumberAustralia Plus ABC

Gawat! Penambang Emas Ilegal di Pidie Babat Hutan Lindung untuk Akses Jalan

Inilah gambaran tambang emas ilegal di Aceh yang mulai marak sejak 2007.
Foto: Junaidi Hanafiah

Ekspansi kegiatan penambangan emas ilegal di Pidie, kini telah merambah hutan lindung di Desa Turue Cut, Kemukiman Lutueng, Kecamatan Mane, sebuah kawasan yang terletak di antara Geumpang dan Tangse yang merupakan sentra penambangan emas liar di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Dalam tempo enam bulan, para penambang ini telah membuka akses jalan sejauh sembilan kilometer menuju Sungai Krueng Geupoh yang diduga sebagai lokasi atau sumbernya galian emas.
Kasus pembukaan jalan di hutan lindung ini pun sudah dilaporkan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah I Aceh kepada Kepolisian Resort (Polres) Pidie dan Kepolisian Sektor (Polsek) Mane. Namun, hingga saat ini belum ada upaya penghentian dari aparat penegak hukum.
Kepala KPH Wilayah I, Fajri, dalam diskusi terfokus di Kantor Walhi Aceh pekan lalu, menyatakan bahwa pembiaran yang terjadi di lapangan itu menyebabkan para pelaku semakin berani membawa alat berat seperti eskavator ke hutan. “Kalau Januari lalu hanya dua unit, kini bertambah menjadi tujuh unit alat berat,” ujarnya.
Fajri mengatakan, pihaknya sudah menghentikan kegiatan pembukaan jalan tersebut dan polisi juga sempat memeriksa saksi-saksi termasuk pelaku. Namun, karena tidak ada tindak lanjutnya, kegiatan ilegal di jantung ekosistem Ulu Masen itu kembali berlangsung. “Kerusakan hutan di Mane sekarang semakin luas karena ada warga yang masuk membuka kebun di sepanjang jalan yang dibuka.”
Jalan tersebut sebenarnya bekas jalan HPH Ars Aceh Inti Timber sejauh 18 kilometer yang dibuat pada 1981 sebagai jalan operasional. Namun, saat konflik bersenjata di Aceh bergejolak, sejumlah HPH tidak beroperasi, termasuk HPH ARS-Aceh Inti Timber ini. Ruas jalan itu pun mengalami suksesi alami menjadi hutan kembali.
Menurut Fajri, hutan lindung Mane alamnya khas dan bagian penting dari ekosistem Ulu Masen. Kawasan ini merupakan daerah tangkapan air dan juga rumah bagi beberapa satwa langka seperti harimau sumatera, gajah sumatera, beruang madu, dan burung rangkong. “Pembukaan kembali jalan itu dimulai sejak Oktober 2014. Para pelaku memotong pepohonan di sepanjang jalan itu.”
Kepala Mukim Lutueng yang membawahi Kecamatan Mane, Sulaiman, mengatakan tadinya hutan di Mane relatif aman dari kegiatan penambangan emas liar, meski Tangse dan Geumpang hutannya mulai hancur akibat penambangan juga. Menurutnya, hutan Mane saat ini menjadi incaran para penambang karena belum tersentuh sama sekali. “Jika dibiarkan tak terbayang bencana apa yang akan terjadi ke depan karena hutan di Tangse dan Geumpang sudah hancur,” kata Sulaiman.
Hasil patroli yang dilakukan KPH Wilayah I Aceh menemukan sejumlah alat berat yang digunakan untuk membuka hutan lindung di Desa Turue Cut, Kecamatan Mane, Pidie, Aceh untuk akses jalan menuju lokasi penambangan emas. Sumber: KPH I Aceh
Hasil patroli yang dilakukan KPH Wilayah I Aceh menemukan sejumlah alat berat yang digunakan untuk membuka hutan lindung di Desa Turue Cut, Kecamatan Mane, Pidie, Aceh untuk akses jalan menuju lokasi penambangan emas. Sumber: KPH I Aceh
Direktur Walhi Aceh Muhammad Nur berpendapat bahwa pembukaan jalan tersebut terindikasi dibiayai oleh individu-individu yang terlibat dalam tambang rakyat ilegal di Geumpang.
Menurut Nur, masyarakat di sekitar pembangunan jalan tersebut, telah memperingatkan para pelaku, namun mereka malah mendapatkan “ancaman”.  Selain itu, Dinas Kehutanan Provinsi melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) KPH Wilayah 1 yang melakukan penyelidikan lapangan telah membuktikan bahwa ruas jalan sepanjang 18 km tersebut memang berada di hutan lindung.
“Dengan fakta-fakta itu harusnya polisi menindak pelaku yang terlibat, baik yang berperan sebagai sumber pendanaan maupun yang berada di lapangan. Ini penting dilakukan guna meminimalisir kerusakan yang lebih parah,” pungkasnya.

Peduli Lingkungan dengan Tanam Pohon Mangrove

Bisa mencegah abrasi dan tsunami, serta peresapan air laut ke darat.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja (kiri) dan CEO WWF Indonesia Efransjah (kedua dari kanan) melakukan penanaman pohon mangrove, Rabu (18/3/2015).

VIVA.co.id - Data The World Atlas of Mangroves tahun 2010 menyebutkan Indonesia memiliki kawasan hutan mangrove seluas 3 juta hektar atau 20 persen dari total luas kawasan hutan mangrove dunia yang mencapai sekitar 15 juta hektar.

Hutan mangrove bermanfaat besar bagi penduduk Indonesia yang 40-50 persen dari mereka tinggal di daerah dekat pantai, yakni mencegah abrasi dan tsunami, serta peresapan air laut ke daratan. Oleh karena itu, upaya-upaya pelestarian hutan mangrove perlu terus digalakkan karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak pantai.

Rehabilitasi dengan penanaman pohon mangrove menjadi bagian dari program NEWtrees yang dicanangkan oleh World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia. Program ini berorientasi pada perbaikan fungsi ekosistem prioritas, dan juga sejalan dengan upaya yang sedang dilakukan oleh pemerintah dalam mengintegrasikan pembangunan sektoral dengan daya dukung lingkungan di tingkat bentang alam.
Program NEWtrees turut mendukung  dan  berkontribusi  mewujudkan  komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen pada tahun 2020 dengan memperbanyak  penanaman pohon dan reforestasi.

Mengingat manfaatnya yang begitu besar, perlu peran serta seluruh elemen bangsa untuk bahu-membahu memberikan kontribusi dalam rehabilitasi dan pelestarian hutan mangrove.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) pada Rabu, 18 Maret 2015, turut ambil bagian dari upaya mulia tersebut. Bank swasta nasional terbesar di Indonesia ini bekerja sama dengan WWF-Indonesia serta pengelola Eko Wisata Mangrove Tol Sedyatmo, menanam pohon mangrove  di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta. 

Penanaman pohon mangrove ini dilakukan oleh Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, CEO WWF Indonesia Efransjah, Kepala Bidang Kehutanan Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta Jaja Suarja, direksi anak perusahaan BCA, Sekretaris Perusahaan BCA Inge Setiawati, serta sejumlah karyawan BCA dan anak perusahaan BCA (BCA Insurance, BCA Syariah, BCA Sekuritas, BCA Life, dan CS Finance).

Kegiatan tersebut merupakan salah satu rangkaian program kepedulian sosial Bakti BCA bertepatan dengan ulang tahun ke-58 BCA. Lingkungan hidup dipilih menjadi fokus kegiatan ulang tahun dan CSR BCA pada tahun ini.

“Bumi yang kita tinggali merupakan titipan untuk diwariskan kepada anak cucu. Karena itu, penting bagi kita untuk bertanggung jawab dan bersama-sama merawat lingkungan. Oleh karena itu, hari ini BCA bersama WWF-Indonesia menanam 18.000 bibit pohon mangrove di 9 kota yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan,” kata Jahja Setiaatmadja.

Sebanyak 18.000 bibit pohon mangrove akan ditanam serentak di 9 lokasi, yakni di Lamujung (Aceh Besar), Tanggamus (Lampung), Muara Gembong (Jawa Barat), Blanakan, Subang (Jawa Barat), Muara Kali Opak (Yogyakarta), Teluk Lamong (Surabaya), Wringin Putih (Banyuwangi), Sumberkima (Bali), dan Bengkayang (Kalimantan Barat).

“Diharapkan upaya ini akan memberikan dampak positif bagi kelangsungan fungsi ekosistem secara sosial ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut,” jelas Jahja.

Sementara itu CEO WWF Indonesia Efransjah menuturkan, dalam penanaman mangrove, WWF-Indonesia menjadi penyambung antara publik dan korporasi seperti BCA dengan masyarakat di sekitar areal penanaman.

Penanaman mangrove dilaksanakan oleh masyarakat, karena merekalah yang akan menerima manfaat langsung dan tidak langsung dari program ini. Masyarakat juga akan diperkaya dengan kegiatan budidaya baik kepiting atau ikan yang menggunakan kawasan hutan mangrove sebagai area pemijahan (berkembang biak).

Aktivitas  pemberdayaan masyarakat juga akan mencakup kegiatan konservasi di areal hutan mangrove, sehingga selain bisa menjadi dukungan sosial budaya, juga menjadi penunjang keanekaragaman hayati.

“Tugas yang diemban WWF-Indonesia untuk reforestasi baik di perairan atau di terestrial tidaklah sedikit. Dukungan BCA di ulang tahunnya ke-58 maupun selama 5 tahun terakhir  menunjukkan keberlanjutan upaya konservasi yang dilakukan oleh korporasi melalui WWF-Indonesia.
Kami berharap berharap, bukan hanya BCA tetapi korporasi lainnya  dan publik melalui BCA atau kanal komunikasi lainnya juga bisa menjadi bagian dari upaya konservasi,” kata Erfansjah.

Gubernur DIY Dukung Penghijauan Sepanjang Jalur Lintas Selatan

Bantul, Seruu.com - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mendukung program penghijauan di sepanjang jalur jalan lintas selatan provinsi ini guna memberikan rasa nyaman bagi pengguna jalan pantai selatan itu.

"Kami memberi apresiasi penanaman pohon ini, karena kami ketahui bersama ini masih hujan untuk melakukan penghijauan di sepanjang jalur jalan lintas selatan (JJLS)," katanya di sela acara program penanaman 5.000 pohon di JJLS Desa Srigading, Kabupaten Bantul, Senin.

Penanaman 5.000 pohon di JJLS trersebut merupakan Program Bank Negara Indonesia (BNI) bersama Pemerintah Daerah (Pemda) DIY, sedang jenis tanaman yang dipilih adalah asam jawa sebanyak 4.500 pohon dan trembesi sebanyak 500 pohon.

Menurut Sultan, rencananya tanaman tersebut juga akan ditanam di wilayah Kota Yogyakarta, akan tetapi pihaknya mengkhawatirkan kelestariannya karena ada perubahan kebijakan terkait dengan penataan kota tersebut.

"Karena Kota Yogyakarta baru kami usulkan menjadi Kota Heritage, sehingga penanaman pohon asam secara tradisi memerlukan tempat kepastian, jangan sampai seperti Malioboro yang jadi pedestrian akhirnya (tanaman) sudah diitanam dibongkar lagi," katanya.

Sultan mengatakan, penghijauan di sepanjang JJLS yang melintasi tiga kabupaten di DIY, yakni Gunung Kidul, Bantul dan Kulon Progo merupakan sesuatu yang penting, sebab jalur yang merupakan proyek pemerintah pusat nantinya jadi jalur alternatif.

"Jalan ini juga masih sangat kekurangan pohon, dalam arti belum rindang, sehingga kami ingin supaya JJLS ini bagi para pengedara yang lewat merasa nyaman dan sejuk karena penuh dengan pohon perindang," kata Sultan.

Sementara itu, Pemimpin Corporate Community (CCR) BNI Nancy Martasura mengatakan bahwa program penanaman tersebut merupakan bentuk komitmen lembaga ini untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam program pemberdayaan masyarakat pedestrian alam.

"Salah satu program Pemerintah Indonesia adalah mengurangi emisi karbon 26 persen sampai 41 persen serta penanaman satu miliar pohon setiap tahun yang dikenal dengan "One Billion Indonesia Trees" (OBIT)," katanya. [ANT]

Atasi Krisis Lingkungan, Siapkan Bank Pohon


KOTA - Makin meningkatnya kerusakan ekologi akibat perilaku manusia yang tidak sadar lingkungan mendesak Kementrian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) membentuk Bank Pohon. Progam tersebut langkah kerjasama dengan semua pemangku kepentingan lingkungan melalui penanaman pohon berbasis partisipasi aktif masyarakat.
"Bank Pohon ini punya fungsi strategis dalam upaya penghijauan. Dari program ini setidaknya ada kontribusi dari anggota masyarakat secara sadar untuk ambil bagian di dalamnya," jelas Penanggung Jawab Asisten Deputi Urusan Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan KNLH, Ir Bambang Widyantoro, ketika ditemui di sela-sela Sosialisasi Bank Pohon, di Solo, Selasa (20/11).
Sosialisasi tersebut melibatkan elemen pemerhati lingkungan hidup di Semarang, Yogyakarta, dan Surakarta. Menurutnya, kegiatan Bank Pohon meliputi sosialisasi, pengadaan bibit, pembibitan, penentuan jenis tanaman, penentuan lokasi.
Selain itu, yang tak kalah penting perlunya persiapan sosial, penanaman, pemeliharaan, dan pemantauan. Program tersebut, sebagai tindak lanjut program pelestarian sebelumnya yang pelaksanaannya menyebar. "Sebenarnya KNLH banyak menampung sumbangan tanaman dari berbagai pihak. Maka kami wadahi lewat program ini. Karena di sini juga sudah ada pemetaan maka bisa distribusikan ke daerah yang cocok."
Kendala utama yang dihadapi Bank Pohon adalah faktor manusianya yang butuh perhatian lebih. Karenanya, KNLH melibatkan peran antrolopog dalam program tersebut. "UNS dipercaya untuk mendukung Bank Pohon di region timur," kata Ketua Program Studi Biologi Terapan Pascasarjana UNS, Prof Drs Suranto MSc Phd. (J6-50)
 

Copyright © 2015. BankPohon.com - All Rights Reserved
Design by Acehadvertising.com
Published by Acehinfo.com